Sabtu, 25 Juni 2016

ARTIKEL PENDIDIKAN


PENDIDIKAN SEMACAM NEGARAKU

Oleh

Hesti Agestina
14410205
Universitas PGRI Semarang

     Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mencapai taraf hidup  yang lebih baik. Pendidikan sudah menjadi suatu hal yang harus kita ketahui dan harus kita laksanakan. Pendidikan  merupakan hal yang wajib untuk dijalankan setiap manusia karena pemerintah menganjurkan rakyatnya untuk wajib bersekolah. Bukan hanya dijalankan, namun kita juga harus mengerti tentang makna dan manfaat pendidikan yang sesungguhnya. Namun masyarakat mulai lalai dengan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Masyarakat hanya memenuhi kewajiban untuk mematuhi kebijakan pemerintah dengan bersekolah saja, tanpa mengerti guna pendidikan yang sebenarnya.

    Pendidikan sering dijadikan sebagai tolak ukur kualitas dan kuantitas hidup manusia. Mereka yang menyandang status pendidikan yang tinggi selalu dipandang hebat oleh masyarakat, sedangkan untuk mereka yang tidak berpendidikan sering dipandang rendah oleh masyarakat. Namun terkadang ada juga beberapa masyarakat yang menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting. Untuk apa bersekolah sampai tinggi? Ujung-ujungnya tidak mendapat pekerjaan. Sering terjadi pertanyaan dan pernyataan semacam itu di masyarakat. Lalu bagaimana pendidikan yang sesungguhnya? Perlukah kita di pandang sebagai manusia yang berpendidikan? Ataukah hanya menyandang status pendidikan yang tinggi tanpa bekerja?

  Kita awali dengan Ujian Nasional. Ujian Nasional sering menjadi tranding topic yang diperbincangkan semua masyarakat tiap tahunnya, bahkan di berbagai media sosial di negeri ini. Siswa rela belajar dengan sangat giat demi kelancaran dalam mengerjakan Ujian Nasional. Mereka bersekolah selama 6 tahun ditingkat SD, selama 3 tahun ditingkat SMP dan selama 3 tahun ditingkat SMA dengan berbagai mata pelajaran yang telah ditempuh, namun nasib mereka ditentukan dengan adanya Ujian Nasional yang hanya dilaksanakan beberapa hari di tahap akhir setiap jenjang. Bagaimana mungkin mereka masih ingin hidup jika mengetahui dirinya tidak lulus Ujian Nasional?  Setelah melaksanakan Ujian Nasional pun, mereka harus melaksanakan ujian lagi jika ingin memasuki perguruan tinggi dan sebagainya.

  Pemerintah pun juga dengan mudahnya mengganti peraturan pendidikan yang harus dijalankan oleh setiap orang-orang yang bersangkutan. Ujian Nasional sering diubah dengan berbagai macam model. Padahal masih banyak kejadian tentang kecurangan massal, bocornya naskah soal ujian, atau tersebarnya kunci jawaban dari soal Ujian Nasional. Tidak lepas dari  kurikulum pendidikan yang juga sering diubah berdasarkan keinginan. Entah itu akan memperbaik atau bahkan memperburuk masyarakat. Dan Pada akhirnya guru dan siswa lah yang menjadi ajang percobaan.

  Pendidikan sering menjadi topik permasalahan dalam masyarakat tentang penting dan tidak pentingnya pendidikan bagi masyarakat itu sendiri. Untuk menjawab rasa bimbang itu, negara harus menyiapakan berbagai lapangan pekerjaan untuk masyarakat yang telah menyiapkan dirinya untuk siap bekerja dengan melaksanakan pendidikan sampai pada perguruan tinggi untuk mengasah berbagai kemampuan yang telah dimiliki. Namun pada kenyataannya, semakin banyak pengangguran di negara ini, sehingga menimbulkan berbagai macam kejahatan. Dan masyarakat hampir tidak mempercayai kegunaan pendidikan dalam negara ini.

   Untuk meminimalis calon-calon koruptor di Indonesia, seharusnya lebih diperkuat lagi keamanan soal Ujian Nasional agar tidak ada yang tersebar di tangan masyarakat sebelum ujian dilaksanakan. Harus ada sanksi yang tegas dari kecurangan tersebut. Dengan mengganti berbagai model Ujian Nasional namun hal semacam ini jika diabaikan tetap saja tidak ada gunanya, bahkan ini bisa memperburuk pendidikan karakter siswa.
  Bangunan-bangunan sekolah yang belum memenuhi batas kelayakan, seharusnya lebih dipikirkan lagi agar para siswa memilki rasa kenyamanan dalam belajar. Bukan hanya siswa, guru pun juga harus memiliki rasa kenyamanan juga dalam mengjar. Hal ini sering diacuhkan karena pemerintah mulai sibuk mengurusi kurikiulum yang selalu diubah setiap tahunnya.

   Jika kurikulum sering mengalami pembaharuan, maka buku pelajaran dan tingkat pelatihan para guru juga harus ditingkatkan agar memilki mutu yang lebih baik dalam melaksanakan kebijakan kurikulum yang baru. Tidak bisakah hanya memfokuskan satu kurikulum saja yang tidak selalu berubah setiap tahunnya agar guru dan siswa juga tidak merasa kebingungan dalam menyesuaikan kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya tentang wajib belajar yang harus dilaksanakan oleh masyarakat, maka negara harus menyiapkan sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan siswa belajar tanpa menghabiskan banyak biaya sehingga semua masyarakat bisa menuntaskan pendidikan sesuai kebijakan yang berlaku.

  Dalam pendidikan, selain siswa  harus memilki bekal pengetahuan yang didapat dari berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, siswa juga harus diajarkan tentang pendidikan karakter. Hal ini sangat penting sekali, yaitu untuk menumbukan sikap tanggungjawab dan pembentukan karakter siswa agar tidak salah dalam mengambil keputusan. Hal ini bisa mencegah angka koruptor yang semakin meningkat di Indonesia. Pintar itu tidak harus selalu tentang pelajaran yang pernah diajarkan di sekolah. Karena siswa memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, maka guru harus mengasah kemampuan siswa pada bidang-bidang tertentu agar berguna pada kehidupan masyarakat kelak bukan hanya terpacu pada semua mata pelajaran yang harus diajarkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar